30/04/11

Blackberry stone

Mata ini nakal sekali. Tidak berniat aku menutupnya, walau tak sanggup berlama-lama. Lingkaran hitamnya terlihat sangat jelas bagai lumut kolam. 

Kura-kura hitam yang telah berumur lebih panjang dariku mengungsi. Dari tanah ke kolam. Walau tidak berpindah tempat. Karena hanya tanahnya saja yang dibuang dan diubah menjadi kolam, yang memang sebelumnya adalah kolam, tapi mulanya tanah. Dan sekarang mereka harus mampu hidup di air, selamanya.

Kasian. Aku sering melihat salah satunya manjat di atas batubata, mungkin tidak bisa berenang (jelas saja, habitatnya bukan di air), dan yang lainnya jatuh, hanya merondokkan tubuhnya di dalam batoknya. Kurasa mati.

Kura-kura hijau, yang bukan dibeli aku sewaktu aku kelas VIII masih bertahan dan telah dewasa, namun tidak pernah bertelur betinanya. Apa mereka sesama jenis? Dasar penjual bodoh!

Sudah tiga akuarium berbeda ukuran telah mereka tempati selama ini. Pun tak terhitung lagi sudah berapa kali dibersihkan. Dan entah berapa banyak rupiah yang dihabiskan untuk membeli pelet-pelet favorit mereka.

Tak masalah, karena bukan aku pula yang membersihkan dan membelinya. Dan sekarang pelet tidak dibutuhkan lagi. Karena mereka sudah bermigrasi dari akuarium ke kolam, bersama kura-kura hitam. Dengan makanan baru: jangkrik.

Akuarium berubah fungsi jadi istana jangkrik, yang penghuninya harus rela ditelan. Oleh kura-kura hitam, hijau dan kukangku.

***

Hoaahm, aku tak tahan. Mataku terus menggigil, hidungku menguap.
Sepertinya nanti aku libur sendiri.

Daah