Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label review. Tampilkan semua postingan

07/01/15

Old reviews

Ngubek2 isi laptop, ketemu lagi tulisan lama tentang film.

*** 
 
She's the Man (2006)
Starring:
Amanda Bynes
Channing Tatum 

Ulasan:
Film ini bercerita tentang Viola (Amandy Bynes), seorang gadis remaja yang sangat menyukai sepak bola. Kecintaannya pada sepak bola membuatnya ingin bertanding dengan tim lainnya. Tapi pelatih dari sekolahnya tidak mengizinkannya bertanding dikarenakan ia adalah seorang perempuan. Karena kesal, Viola memutuskan untuk masuk ke asrama laki-laki yang seharusnya ditempati oleh abangnya, Sebastian.

Namun Sebastian sama sekali tidak tertarik untuk masuk ke asrama tersebut dan malah memutuskan pergi ke London demi bandnya. Jadilah Viola menyamar sebagai Sebastian demi memenuhi keinginannya untuk mengikuti pertandingan sepak bola. Dan ternyata tim sepak bola dari asrama yang baru saja ditempatinya itu akan bertanding dengan tim sekolah lamanya.

Di asrama tersebut ia bertemu dengan Duke (Channing Tatum) yang menjadi teman sekamarnya. Setelah saling mengenal, Viola (fake Sebastian) mengetahui kalau ternyata Duke menyukai Olivia (Laura Ramsey), sang idola di asrama itu. Tapi yang terjadi malah cinta yang bertepuk sebelah tangan, Olivia sudah jatuh hati dengan Sebastian pada pandangan pertama. Maka timbullah kebencian oleh Duke terhadap Sebastian. Sebaliknya, semakin lama Viola sadar ternyata ia sangat menyukai Duke yang sudah memusuhinya.

Emang sih jalan ceritanya predictable, tapi film ini wajib ditonton bagi yang butuh hiburan terutama yang udah stres akut, karena kita bakal terus ketawa sepanjang cerita. Meskipun di ending sedikit sedih tapi dimasukin humornya juga. Komedinya menyenangkan ditambah dengan aktingnya Amanda Bynes yang lumayan, dan juga Channing Tatum, salah satu aktor favorit saya.

Eh, nyesel lho kalo dilewati film seperti ini. Meski terlalu biasa, setidaknya sangat sangat menghibur. Jangan berpikir film bagus itu cuma yang dibintangi oleh aktor/aktris kelas atas atau garapan sutradara ternama doang.

Lucu: ****
Tingkat keseriusan film: **

***

Green Street Hooligans (2005)
Starring:
Elijah Wood
Charlie Hunnam 

Ulasan:
Film ini bercerita tentang Matt (Elijah Wood), seorang lelaki yang baru saja dikeluarkan dari Harvard University karena dikira menggunakan obat terlarang yang sebenarnya dimiliki oleh teman sekamarnya. Tidak bisa melawan tuduhan atas dirinya itu, akhirnya Matt memutuskan untuk pindah ke London dan tinggal bersama keluarga kakak perempuannya. Lalu ia diperkenalkan dengan Pete (Charlie Hunnam) yang merupakan adik dari suami kakaknya yang bernama Steve.

Pete adalah ketua grup supporter sepak bola di wilayahnya yang memiliki musuh, yaitu grup seberang. Persaingan itu didasari oleh kefanatikan grup Pete pada klub sepak bola West Ham United dengan grup seberang yang sangat membanggakan klub sepak bola Millwall. Pertemanannya dengan Pete membuat hidup Matt berubah menjadi lebih berani dalam menghadapi persoalan maupun tantangan. Di sana ia menemukan arti sahabat yang sebenarnya. Hingga pada suatu saat terjadi perkelahian yang sangat memilukan dan sampai merenggut nyawa di antara mereka.

Yah, terharu sekali menonton filmnya. Ceritanya sama sekali nggak ada unsur percintaan antara lelaki dan perempuan, tapi lebih menyudutkan persahabatan. Sebenarnya saya kurang tertarik kalo nggak ada cinta-cintaannya ntu, tapi ternyata saya sangat menyukai filmnya.

Alasan saya beli dvd film ini karna ngeliat ada Elijah Wood-nya :D. Hmm film low budget yang bagus dan meninggalkan sesuatu di pikiran saya. Mungkin nggak sedikit juga yang bilang kalau film Green Street Hooligans ini membosankan, tapi itu nggak berlaku sama sekali buat saya. Oya saya juga suka soundtrack-nya, One Blood, by Terence Jay.

Mantap: ****
Tingkat keseriusan film: ****

*** 

January 28, 2010

04/01/15

Jarak di antara kita

Judul: The Space Between Us
Penulis: Thrity Umrigar
Alih Bahasa: Femmy Syahrani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2007
Tebal: 432 hlm. 

***

Hingga detik ini, sistem pembagian kasta masih dapat ditemukan. Terutama di India, khususnya pada pemeluk agama Hindu. Kasta ialah pembedaan manusia oleh manusia itu sendiri, dimana sedari lahir telah ditentukan apakah akan ‘beruntung atau sial’, atas-bawah. Tentu sesuatu yang menguntungkan bagi segelintir umat (brahmana, ksatria), tapi juga pasti membuat masyarakat golongan bawah (waisya, sudra) dirugikan. Kesenjangan sosial seperti ini sering menjadikan orang-orang tidak memanusiakan manusia dan terbatasnya kesempatan terhadap kaum yang disudutkan. Walau tentu akan sulit sekali menghapusnya, karena memang tidak memungkinkan.

Bhima dengan segala ketidakberdayaannya menghadapi begitu banyak liku-liku kejamnya kehidupan. Di saat Bhima sudah mengorbankan seluruh tenaga demi cucunya, Maya, datang pula bencana yang tidak diinginkan bahkan belum pernah terpikirkan olehnya sekalipun. Di saat terdapat sebuah harapan kepada Maya, tiba-tiba saja muncul permasalahan yang segera melenyapkan harapan tersebut.
 
Dia tidak sendiri. Ada Sera, wanita penyabar yang telah lama dikenalnya.

Bhima dan Sera. Perbedaan yang jelas di antara mereka ialah Sera perempuan Parsi terpelajar, terhormat, dan kaya, sedangkan Bhima hanyalah wanita miskin yang tak berpendidikan, pekerja keras, dan juga pelayan setia keluarga Sera. Namun mereka mempunyai kesamaan nasib yang tak kasatmata, sehingga tali persahabatan terjalin dengan sendirinya. Seperti orang bijak pernah bilang, “persahabatan tumbuh sampai salah satu mengatakan, 'aku juga'.”

Mereka sama-sama wanita tertindas, sengsara, terpuruk dalam masa lalu, dan memikul beratnya luka. Tapi dalam banyak hal, Bhima tidak seberuntung Sera.

Terlepas dari semua kenyataan, tetap saja jarak itu hadir. Tak bisa dipungkiri seberapa saling membutuhkan dan menyayanginya mereka, seberapa nyamannya Sera saat Bhima datang menghiburnya, sebanyak apapun bantuan dari Sera, dan meski sedalam lautan kasih Bhima kepada Sera dan Dinaz, putri Sera, jarak akan selalu ada. Majikan dan pelayan.

Hingga pada akhir novel ini. Adalah umpan termahal yang pernah disajikan sebuah cerita. Sebuah perenungan sederhana namun bermakna, begitu nyata tak terkendali.

***

Bhima adalah seorang wanita tua yang tinggal bersama Maya, cucunya, sejak dia masih kanak-kanak karena Maya telah ditinggal mati kedua orangtuanya. Setiap pagi Bhima harus meninggalkan gubuknya untuk pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Sera Dubash.

Pekerjaan sebagai pelayan sudah ia lakoni sedari remaja, tetapi pada keluarga Dubash lah ia paling lama bekerja. Mungkin itu karena  perlakuan Sera yang baik terhadapnya. Salah satu kebaikan Sera yang sangat membuat Bhima bersyukur adalah Sera mau menyekolahkan Maya sampai ke jenjang kuliah. Karena paling tidak itu bisa menjadi alasannya untuk tetap hidup.

Sampai pada suatu hari, impiannya hancur begitu saja karena Maya…

*** 

Thrity Umrigar adalah seorang penulis andal yang sangat lihai merangkai kata-kata. Hebatnya, semua itu tidak terasa sebagai sesuatu yang berlebihan. Justru sesuai pada porsinya masing-masing, tidak bertele-tele. Serta alur maju-mundur novel ini mengalir dengan sangat cermat dan teratur, dan terlebih lagi, klimaks yang sangat mengguncang.

Walaupun penulis yang satu ini tidak lagi menetap di India, tetap saja dia mampu menghidupkan kisah ini dengan dibalut unsur kebudayaan dan tradisi rakyat India yang kental, meski terkadang konyol dan memuakkan. Tidak lupa pada konflik yang banyak dituturkan novel ini, ialah seringnya timbul kebencian-kebencian terhadap agama seberang, misalnya Hindu pada Muslim dan sebaliknya. Dikatakan dalam cerita ini kalau ada pihak dari dalam sendiri yang menyebabkannya alias mengadudomba, mungkin. Dan entah sampai kapan konflik perbedaan antar-agama bisa dihilangkan. Padahal sudah banyak menelan korban.

Novel ini secara terselubung menyampaikan bahwa betapa pentingnya bagi siapa saja untuk mengecap bangku pendidikan, yang bisa dibilang dianggap remeh oleh mereka yang tidak mampu, atau memang tidak memiliki biaya sama sekali. Karena guna pengetahuan bukan hanya jalan mencapai tujuan tetapi juga sebagai benteng menghindari diri dari jurang kelicikan, kecurangan, kesesatan, serta kebodohan lainnya. 

The Space Between Us mempunyai nilai kekuatan lebih, sehingga kelemahannya dapat dengan mudah termaafkan. Sebagai contoh ialah pada para tokohnya yang sering terlihat tak berdaya ketika menerima ketidakadilan. Berat melawan memang, tapi seharusnya itu tidak boleh terjadi terus-menerus, karena sabar memiliki batasan. Meskipun begitu, seperti yang saya katakan tadi, kekurangan ini telah ditenggelamkan oleh perjuangan-perjuangan karakternya dalam hal yang lebih baik, yaitu berjuang demi orang lain. Tidak hanya untuk diri sendiri. Tetapi juga untuk dia-mereka-siapapun, yang pernah bersama kita melewatkan hari-hari di saat suka maupun duka.

Lewat kisah mereka, kita bisa menyimpulkan bahwa keakraban dapat terjalin tanpa syarat di antara dua kelas, menembus dinding tebal bernama kasta. Kita juga disadari bahwa dalam kesedihan separah apapun, paling tidak ada secuil kebahagiaan dari orang terdekat.

Dan satu lagi yang pasti. Lihat bagaimana ingatan masa lalu yang buruk telah menghanyutkan diri sendiri di masa depan, sekarang. Masa lalu tidak dapat dilupakan, karena ketika ingin melupakannya tentu diingat dahulu. Maka setidaknya masa lalu yang buruk dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk sekarang dan seterusnya.

*** 

October 9, 2010

02/12/14

Mulai lagi

Dengan alur maju mundur namun mudah dicerna, penonton akan disajikan sebuah kisah drama musik tentang keterpurukan yang dihadapi oleh seorang eksekutif produser musik paruh baya yang nyentrik dan seorang wanita muda yang gemar menciptakan lagu untuk kepuasan pribadinya. Pada acara musik di sebuah kafe kecil mereka dipertemukan. Wanita itu, atas ajakan mendadak temannya, terpaksa melantunkan salah satu lagu gubahannya diiringi petikan gitar yang ia mainkan sendiri. Hal ini disaksikan oleh sang eksekutif produser yang sedang mabuk sambil mengimajinasikan sebuah panggung konser dari lagu tersebut. Belakangan, ia muak dengan musik-musik sekarang. Dari situ muncul inspirasi dan lahirlah sebuah ide yang belum tentu cemerlang, terutama karena keterbatasan dana. Maka sejak itu, dimulailah usaha mereka demi mewujudkan impian yang baru seumur jagung tersebut.
 
 
Di film ini kamu akan mendengarkan suara pelan nan lembut dari aktris cantik berkebangsaan Inggris, Keira Knightley. Ada Adam Levine yang ikut berperan sebagai salah satu karakter inti yang juga menyumbangkan suaranya pada beberapa lagu. Meski terbilang baru dalam bidang perfilman, aktingnya layak diapresiasi. Selain itu, kemampuan berakting dari Mark Ruffalo yang tidak perlu diragukan lagi, serta ditunjang oleh aktor-aktris pendukung lainnya yang ikut berkontribusi atas keberhasilan film ini. Dari sisi cerita, mungkin terdengar basi dan klise, tapi hal tersebut mampu ditutupi dengan skenario dan dialog yang menarik dari para karakternya. Alasan-alasan di atas menjadikan film ini patut ditonton oleh kamu yang butuh hiburan. Dan terakhir, dengan lagu-lagu yang enak didengar, lumayan untuk menambah playlist di music player kamu.