04/01/15

Jarak di antara kita

Judul: The Space Between Us
Penulis: Thrity Umrigar
Alih Bahasa: Femmy Syahrani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2007
Tebal: 432 hlm. 

***

Hingga detik ini, sistem pembagian kasta masih dapat ditemukan. Terutama di India, khususnya pada pemeluk agama Hindu. Kasta ialah pembedaan manusia oleh manusia itu sendiri, dimana sedari lahir telah ditentukan apakah akan ‘beruntung atau sial’, atas-bawah. Tentu sesuatu yang menguntungkan bagi segelintir umat (brahmana, ksatria), tapi juga pasti membuat masyarakat golongan bawah (waisya, sudra) dirugikan. Kesenjangan sosial seperti ini sering menjadikan orang-orang tidak memanusiakan manusia dan terbatasnya kesempatan terhadap kaum yang disudutkan. Walau tentu akan sulit sekali menghapusnya, karena memang tidak memungkinkan.

Bhima dengan segala ketidakberdayaannya menghadapi begitu banyak liku-liku kejamnya kehidupan. Di saat Bhima sudah mengorbankan seluruh tenaga demi cucunya, Maya, datang pula bencana yang tidak diinginkan bahkan belum pernah terpikirkan olehnya sekalipun. Di saat terdapat sebuah harapan kepada Maya, tiba-tiba saja muncul permasalahan yang segera melenyapkan harapan tersebut.
 
Dia tidak sendiri. Ada Sera, wanita penyabar yang telah lama dikenalnya.

Bhima dan Sera. Perbedaan yang jelas di antara mereka ialah Sera perempuan Parsi terpelajar, terhormat, dan kaya, sedangkan Bhima hanyalah wanita miskin yang tak berpendidikan, pekerja keras, dan juga pelayan setia keluarga Sera. Namun mereka mempunyai kesamaan nasib yang tak kasatmata, sehingga tali persahabatan terjalin dengan sendirinya. Seperti orang bijak pernah bilang, “persahabatan tumbuh sampai salah satu mengatakan, 'aku juga'.”

Mereka sama-sama wanita tertindas, sengsara, terpuruk dalam masa lalu, dan memikul beratnya luka. Tapi dalam banyak hal, Bhima tidak seberuntung Sera.

Terlepas dari semua kenyataan, tetap saja jarak itu hadir. Tak bisa dipungkiri seberapa saling membutuhkan dan menyayanginya mereka, seberapa nyamannya Sera saat Bhima datang menghiburnya, sebanyak apapun bantuan dari Sera, dan meski sedalam lautan kasih Bhima kepada Sera dan Dinaz, putri Sera, jarak akan selalu ada. Majikan dan pelayan.

Hingga pada akhir novel ini. Adalah umpan termahal yang pernah disajikan sebuah cerita. Sebuah perenungan sederhana namun bermakna, begitu nyata tak terkendali.

***

Bhima adalah seorang wanita tua yang tinggal bersama Maya, cucunya, sejak dia masih kanak-kanak karena Maya telah ditinggal mati kedua orangtuanya. Setiap pagi Bhima harus meninggalkan gubuknya untuk pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Sera Dubash.

Pekerjaan sebagai pelayan sudah ia lakoni sedari remaja, tetapi pada keluarga Dubash lah ia paling lama bekerja. Mungkin itu karena  perlakuan Sera yang baik terhadapnya. Salah satu kebaikan Sera yang sangat membuat Bhima bersyukur adalah Sera mau menyekolahkan Maya sampai ke jenjang kuliah. Karena paling tidak itu bisa menjadi alasannya untuk tetap hidup.

Sampai pada suatu hari, impiannya hancur begitu saja karena Maya…

*** 

Thrity Umrigar adalah seorang penulis andal yang sangat lihai merangkai kata-kata. Hebatnya, semua itu tidak terasa sebagai sesuatu yang berlebihan. Justru sesuai pada porsinya masing-masing, tidak bertele-tele. Serta alur maju-mundur novel ini mengalir dengan sangat cermat dan teratur, dan terlebih lagi, klimaks yang sangat mengguncang.

Walaupun penulis yang satu ini tidak lagi menetap di India, tetap saja dia mampu menghidupkan kisah ini dengan dibalut unsur kebudayaan dan tradisi rakyat India yang kental, meski terkadang konyol dan memuakkan. Tidak lupa pada konflik yang banyak dituturkan novel ini, ialah seringnya timbul kebencian-kebencian terhadap agama seberang, misalnya Hindu pada Muslim dan sebaliknya. Dikatakan dalam cerita ini kalau ada pihak dari dalam sendiri yang menyebabkannya alias mengadudomba, mungkin. Dan entah sampai kapan konflik perbedaan antar-agama bisa dihilangkan. Padahal sudah banyak menelan korban.

Novel ini secara terselubung menyampaikan bahwa betapa pentingnya bagi siapa saja untuk mengecap bangku pendidikan, yang bisa dibilang dianggap remeh oleh mereka yang tidak mampu, atau memang tidak memiliki biaya sama sekali. Karena guna pengetahuan bukan hanya jalan mencapai tujuan tetapi juga sebagai benteng menghindari diri dari jurang kelicikan, kecurangan, kesesatan, serta kebodohan lainnya. 

The Space Between Us mempunyai nilai kekuatan lebih, sehingga kelemahannya dapat dengan mudah termaafkan. Sebagai contoh ialah pada para tokohnya yang sering terlihat tak berdaya ketika menerima ketidakadilan. Berat melawan memang, tapi seharusnya itu tidak boleh terjadi terus-menerus, karena sabar memiliki batasan. Meskipun begitu, seperti yang saya katakan tadi, kekurangan ini telah ditenggelamkan oleh perjuangan-perjuangan karakternya dalam hal yang lebih baik, yaitu berjuang demi orang lain. Tidak hanya untuk diri sendiri. Tetapi juga untuk dia-mereka-siapapun, yang pernah bersama kita melewatkan hari-hari di saat suka maupun duka.

Lewat kisah mereka, kita bisa menyimpulkan bahwa keakraban dapat terjalin tanpa syarat di antara dua kelas, menembus dinding tebal bernama kasta. Kita juga disadari bahwa dalam kesedihan separah apapun, paling tidak ada secuil kebahagiaan dari orang terdekat.

Dan satu lagi yang pasti. Lihat bagaimana ingatan masa lalu yang buruk telah menghanyutkan diri sendiri di masa depan, sekarang. Masa lalu tidak dapat dilupakan, karena ketika ingin melupakannya tentu diingat dahulu. Maka setidaknya masa lalu yang buruk dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk sekarang dan seterusnya.

*** 

October 9, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar