Waktu mengikuti KKN di Sungai Utik tahun 2015 dulu, saya punya total 6 kegiatan yang betul-betul saya banggakan. Mengapa? Pertama, karena saya yakin telah merancang kegiatannya dengan matang; Kedua, saya merasa sudah melaksanakan setiap kegiatan seoptimal yang saya mampu, dan; Terakhir, saya telah melunasi semua "utang" saya paska kegiatan: output. Dari 6 kegiatan itu, terdapat 2 kegiatan yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang saya ambil: Ilmu Hukum, dan 4 kegiatan yang lebih "bebas". Bebas dalam arti tidak harus berkaitan dengan ilmu hukum. Tentunya yang terakhir ini lebih menyenangkan dan tidak membuat saya begitu tertekan (secara moral). Apalagi pada saat itu saya satu-satunya anak fakultas Hukum yang dimiliki unit KKN tersebut. Tapi untunglah, tidak ada masalah yang berarti saat menjalankan 2 kegiatan yang berbau hukum itu.
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
29/05/19
22/05/18
Harus (menjelma) aku!
“Mencintaimu harus menjelma aku."
Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar baris itu?
Apa yang kautafsir detik itu juga?
Karena aku, saat kali pertama mendengarnya--bukan membacanya--telah menemukan tafsiranku sendiri
Saat itu, di selatan provinsi D.I. Yogyakarta, tahun pertamaku kuliah
Kami di atas melihat ke bawah sana, Pantai Parangtritis, di suatu pagi yang cerah
Cantik sekali
Aku membaringkan tubuhku di tepi landasan menatap langit
Dua seniorku asyik berbincang tentang hal-hal yang kurasa seru
Hanya sedikit yang bisa kuingat
Karena aku lebih banyak melamun daripada mendengar
Lagian, dalam percakapan tersebut, aku tidak dilibatkan
Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar baris itu?
Apa yang kautafsir detik itu juga?
Karena aku, saat kali pertama mendengarnya--bukan membacanya--telah menemukan tafsiranku sendiri
Saat itu, di selatan provinsi D.I. Yogyakarta, tahun pertamaku kuliah
Kami di atas melihat ke bawah sana, Pantai Parangtritis, di suatu pagi yang cerah
Cantik sekali
Aku membaringkan tubuhku di tepi landasan menatap langit
Dua seniorku asyik berbincang tentang hal-hal yang kurasa seru
Hanya sedikit yang bisa kuingat
Karena aku lebih banyak melamun daripada mendengar
Lagian, dalam percakapan tersebut, aku tidak dilibatkan
20/11/17
Pare
These were most of my writings during my two week stay in Pare, where I put myself learning to write in English. Writing some essays in an academic writing class to be exact. So they were kinda formal stuffs. I didn't care whether they were acceptable to be called as "essay" or not, but honestly, I simply enjoyed those moments where I could write spontaneously in a room without any nuisance or distraction, and even editing. Just simply writing because you were supposed to. That was the thing for me. I couldn't write when I didn't feel the urge to. But when there was an external force, it just flowed.
***
Some people believe that watching movie is important. Do you
agree or disagree?
14/12/16
Dengan berakhirnya ketikan ini, kuharap menjadi closure
Saya sakit
sakit hati
sumpah
sakit banget
ga pernah saya di-php-in sebegitu parahnya
mungkin pernah
tapi saya lupa
dan ini
ga akan mungkin saya lupakan.
Saya benci
saya frustasi
saya ga bisa move on!
Anehnya
obyek yang sedang saya bicarain ini
bukan seseorang yang saya kenal secara pribadi
karna dia sangat populer
terutama di kalangan manusia-manusia nganggur kayak saya
yang rela menghabiskan sekian banyak waktu untuk bertemu dengannya
atau
sekadar menyapanya dengan singkat dan segan
Siapa dia kalo anda pengen tau?
sakit hati
sumpah
sakit banget
ga pernah saya di-php-in sebegitu parahnya
mungkin pernah
tapi saya lupa
dan ini
ga akan mungkin saya lupakan.
Saya benci
saya frustasi
saya ga bisa move on!
Anehnya
obyek yang sedang saya bicarain ini
bukan seseorang yang saya kenal secara pribadi
karna dia sangat populer
terutama di kalangan manusia-manusia nganggur kayak saya
yang rela menghabiskan sekian banyak waktu untuk bertemu dengannya
atau
sekadar menyapanya dengan singkat dan segan
Siapa dia kalo anda pengen tau?
06/11/16
Black hole
What is a black hole?
It's obviously a hole, looked black, and let's say it's big.
It's some kind of place where you put a piece of yourself and keep it there.
A piece that complete you as a human being, but the problem is, it is a piece that you don't want other people to see.
It is a mysterious part of yourself, a dark side.
It's your secret.
No one knows it but you.
But somehow, even though you really don't want anyone to know, you just want them to at least have a hint that you have one.
One little secret that is honestly a big thing to you, of you.
It's obviously a hole, looked black, and let's say it's big.
It's some kind of place where you put a piece of yourself and keep it there.
A piece that complete you as a human being, but the problem is, it is a piece that you don't want other people to see.
It is a mysterious part of yourself, a dark side.
It's your secret.
No one knows it but you.
But somehow, even though you really don't want anyone to know, you just want them to at least have a hint that you have one.
One little secret that is honestly a big thing to you, of you.
11/03/16
DKJ-GH-SAR-SMC-OSC-SRU-16 ACTION!
Entah mengapa saat ini aku ingin menuliskan tentang kejadian yang baru anget-angetnya aku alami. Kejadian yang tidak terlalu lama berlalu dan juga tidak terlalu cepat pula. Makanya aku bilang anget-angetnya. Mungkin tidak begitu menarik, tapi akan kucoba bercerita semenarik mungkin. Dan semoga dengan menulis ini aku bisa mengingatnya dengan jelas. Ah ya, kuharap kau akan tertarik membacanya. Ya sudah, terlalu panjang pula prolog ini jadinya. Kalau begitu kumulai saja ya.
Ini adalah sebuah cerita tentang pengalamanku pada kegiatan yang mungkin bisa dibilang sebagai kegiatan outdoor-ku yang terakhir sebagai pengurus pada sebuah organisasi kepecintaalaman di Fakultas Hukum UGM yang bernama M55, singkatan dari Majestic-55. Ah, tak perlulah kujelaskan makna atau pun sejarahnya, cukup tahu saja lah kau namanya. Kebetulan kegiatan outdoor terakhir ini dijalankan dalam rangka pendidikan lanjut (selanjutnya disebut dikjut) terhadap adik-adikku, anggota Diksar XXIX “Serumpun Sebalai”, di awal tahun 2016 ini.
Ini adalah sebuah cerita tentang pengalamanku pada kegiatan yang mungkin bisa dibilang sebagai kegiatan outdoor-ku yang terakhir sebagai pengurus pada sebuah organisasi kepecintaalaman di Fakultas Hukum UGM yang bernama M55, singkatan dari Majestic-55. Ah, tak perlulah kujelaskan makna atau pun sejarahnya, cukup tahu saja lah kau namanya. Kebetulan kegiatan outdoor terakhir ini dijalankan dalam rangka pendidikan lanjut (selanjutnya disebut dikjut) terhadap adik-adikku, anggota Diksar XXIX “Serumpun Sebalai”, di awal tahun 2016 ini.
21/02/16
Stuck in a moment you can't get out of
Saat
aku terbangun dari alam mimpi di siang bolong yang membuat sekujur tubuhku berkeringat
dan mengguncang detak jantungku, aku tahu, pada sejak saat itu aku harus
mengubah hidupku.
Aku
tidak tahu pasti apa yang harus diubah dari hidupku, atau diriku, karena yang
aku tahu setiap orang -tanpa perlu merencanakannya- akan selalu mengalami
perubahan dalam hidupnya.
Entah
itu menuju arah yang positif atau negatif, masing-masing orang pasti memiliki
lika-liku dalam perjalanan hidupnya. Tergantung bagaimana ia membawa diri ke
dalam lingkungan dan kemana pula arus lingkungan itu membawanya. Hanya orang
itu yang tahu dan hanya orang itu yang mampu mengendalikan, lalu menyaring
segala yang menghampiri dirinya, hingga membentuknya menjadi dirinya yang
sekarang, yang tanpa batas. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang
terus berkembang sampai maut mengakhiri.
18/12/15
Grave of the firefies
The film is opened with Seita narrating,
says that he died at September 27, 1945.
The
scene switches when Seita sits leaning helplessly with ragged clothes at the
railway station. That time the war is over. He falls down. He thinks of his sister, Setsuko.
13/12/15
An introduction to a once-in-a-lifetime experience
Setelah melalui perjalanan selama 2 jam dari Putussibau, sebuah kabupaten kecil di Kalimantan Barat, setelah sebelumnya pula berada di bus selama 17 jam perjalanan panjang dari Pontianak menuju Putussibau, tibalah kami 26 mahasiswa KKN KTB-2 UGM pada awal Juli 2015, di sebuah wilayah yang terletak masuk di pinggir jalan bernama Sungai Utik. Sungai Utik merupakan satu dari dua dusun yang berada di Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Dusun lainnya adalah dusun Pulan yang berjarak kurang lebih 3 kilometer dari dusun Sungai Utik ini.
Pandangan mata tertuju pertama kali pada sebuah rumah, rumah yang cukup panjang yang dikenal sebagai rumah betang. Rumah yang benar-benar terlihat begitu otentik nilai budayanya dan karenanya oleh pemerintah pun sudah ditetapkan menjadi cagar budaya. Di situlah tempat tinggal sebagian besar masyarakatnya. Ada bangunan sekolah dengan hamparan rumput hijau yang sangat luas, gereja, dan ada pula warung.
22/06/15
Cerita The Edge (1997)
Malam
mungkin adalah waktu yang paling menyenangkan untuk berada di sekre. Hawa sejuk
angin malam, suasana kampus yang tidak begitu ramai, wi-fi yang kencang meski jarang terjangkau di sekre, kadang
ditemani lagu-lagu yang diputar melalui speaker
dengan volume yang kebangetan, atau
nyanyian dengan iringan gitar oleh para penghuni sekre. Dan satu lagi yang tak
pernah habis, adalah obrolan-obrolan tentang apa saja yang bahkan sering
diulang-ulang, yang bosan tak bosan tetap saja diperdengarkan dan diperbincangkan.
Obrolan yang tak pernah habis itu termasuk obrolan mengenai film.
Mas
Suwung, seorang anggota luar biasa Majestic-55, tiba-tiba membicarakan tentang
sebuah film yang dianggapnya bagus, yang bertemakan survival. Dengan gayanya yang khas, terbata-bata ia mengatakan, “Anak GH (re: gunung hutan) wajib nonton film
ini.” Sebenarnya saya tidak terlalu ingin tahu tentang filmnya, tapi
besok-besoknya ia masih saja menceritakan tentang kekagumannya terhadap film
tersebut. Saya pun coba mengetikkan “The Edge” di google. Di sebelah saya Mas Suwung melongokan kepalanya ke arah
laptop, ia terlihat bersemangat. Ia pun bertanya, “Ada po filmnya di internet? Bisa didownload po? Film lama banget itu.”
Sambil menahan ketawa saya membalas, “Mas,
mas, di internet film setua apapun ada, yang penting koneksinya aja nih.”
Ia pun puas saat saya berhasil mendapatkan download
link film tersebut di torrent.
Baru saya ketahui ia menontonnya pertama dan terakhir kali pada 2011 lalu.
Akhirnya
dua hari kemudian filmnya selesai diunduh. Tidak, saya tidak segila itu
menunggu dua hari hanya untuk mengunduh sebuah film. Tentu saja saya meng-resume-nya saat mengaktifkan laptop dan
kebetulan ada koneksi. Ketika mas Suwung ada di sekre, saya segera melapor
padanya. Tak sabar, ia meminta untuk menonton saat itu juga. Dan kami pun mulai
menonton film tersebut, yang sampai ceritanya berakhir masih dengan setia ditemani
oleh Kaka Sarno.
Jadi
begini ceritanya saudara-saudara,
mer-ba-bu: Merekah Bersama "Gunung Ibu"
“Salam rimba!”, begitulah salam yang cukup sering terucap oleh kalangan pecinta alam. Singkat cerita, asal mula lahirnya organisasi pecinta alam di Indonesia adalah karena adanya beberapa pemuda pemudi yang senang berkegiatan di alam, terutama gunung, yang kemudian membentuk sebuah organisasi MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam). Kata “MAPALA” ini sebenarnya dicetus oleh mahasiswa-mahasiswa UI yang hingga sekarang menjadi singkatan umum bagi organisasi pecinta alam baik di tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan. Hingga sekarang kegiatan para pecinta alam ini semakin berkembang, tidak hanya naik gunung, tetapi juga panjat tebing, turun goa, arung jeram, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan naik gunung (re: divisi gunung-hutan) merupakan awal dan trigger dalam perkembangan organisasi pecinta alam di Indonesia.
Salam rimba! saya ucapkan kepada saudara sekalian di manapun anda berada. Di sini saya ingin bercerita tentang kegiatan yang baru beberapa bulan lalu dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan proker (program kerja) pertama divisi gunung-hutan dan saya kebetulan selaku koordinator divisinya. Dalam proker ini rencananya kami sekalian melakukan survey Diksar XXIX di samping memenuhi materi yang ingin dicapai. Dimulai dari rapat mingguan Majestic-55 yang salah satu agendanya adalah proker mendatang, maka sesuai dengan proposal yang sudah dirancang, kegiatan gunung-hutan pertama ini akan dilakukan di gunung Merbabu pada tanggal 27 - 28 September 2014. Di situ seperti biasa pengurus membentuk kepanitiaan kecil, membuat list peralatan yang masih kurang, menyusun jadwal rinci, dan membicarakan teknis di lapangannya.
Sesudah mempersiapkan segala alat-alat dan logistik yang diperlukan selama kurang lebih seminggu dan packing di carrier, siaplah kami para pengurus untuk berangkat. Sebelumnya briefing dulu untuk di perjalanan, lalu berdoa bersama demi kelancaran kegiatan, dan sudah menjadi tradisi bagi kami anggota Majestic-55 untuk menyanyikan hymne Majestic-55. Berlanjut dengan pamit serta bersalaman dengan mas-mas dan mbak-mbak yang berada di sekre. And we’re good to go!
Sesudah mempersiapkan segala alat-alat dan logistik yang diperlukan selama kurang lebih seminggu dan packing di carrier, siaplah kami para pengurus untuk berangkat. Sebelumnya briefing dulu untuk di perjalanan, lalu berdoa bersama demi kelancaran kegiatan, dan sudah menjadi tradisi bagi kami anggota Majestic-55 untuk menyanyikan hymne Majestic-55. Berlanjut dengan pamit serta bersalaman dengan mas-mas dan mbak-mbak yang berada di sekre. And we’re good to go!
01/01/15
English task
My Daily Routine
Every night I set up
my phone alarm at 5.35 am, but I wake up fifteen minutes later. And that’s
always because of my mom shouting. I go to bath
immediately then doing sholat. Finish doing sholat I take a bath, then I
get dressed. As soon as I get dressed, I eat my breakfast right away which has
been served by my dad. Then I make my own tea and wash + fill my drink bottle.
When everything’s done, I wait for my sister who is buying a
food for my mom. That thing makes me late usually. Then she’s ready to drive me
to my school and go to her campus herself. After arriving, I run
to my class directly because I think I’m late but I’m not, I’ve been though. As
usual, the ring bells five minutes after I’ve been in class.
After 8x45 + 2x20
minutes are wasted by studying (not always though) and 2 times resting, the
ring bells finally which means all students can go home. Sometimes I walk to
home when the weather is good, but I more often to go home by car. Don’t mean
to show off, but you know, I own many cars. Just call one of the drivers, he
stops certainly. Well, people name it
public transportation.
At home, I change my
school uniform first, and then I get lunch. I usually take a sleep after lunch
because I’m really tired. As usual, I’m
awakened three hours later on by a strange noise. It’s weird. It’s scared me. OK, it’s nothing.
At 5.30 pm, I take a
bath. I have no idea what I’m going to do then because I don’t have any special
activity. So I end up wasting time by doing unimportant things, such as
watching something, reading something, listening something that mean nothing, I
think. But it’s fine as
long as it entertains me.
If I’m already bored
of those things, I’m going to take a rest for awhile. Then I set my books. I sleep again at 12.00 AM.
***
My Experience
When I was little,
every Ramadhan month, I always did these things with my friends which were
become routines that we had to do every day in Ramadhan. After finishing sahur
with my family, I went out to my neighbor’s house to gather round with others. We
were on the way to a mosque.
Finish doing sholat,
we’re used to take a nap in the mosque. Then we walked to a pond which is near
from the mosque, for playing around. After getting tired of that we each were
back to our home just to get our own vehicle. I usually played my roller skates. We often went to
some faraway places which we really enjoyed together. After we satisfied,
instead of taking a bath, we just played again. Sometimes we played badminton,
but we’d rather played ball (I’m not sure what the game was called).
We each went home
finally about 10.00-11.00 AM to take a bath. Because I was in fasting, I got
tired easily, so I didn’t do anything exhausted the next. An hour before
breaking fast, we liked to go to Ramadhan Fair, because my friend’s family was
selling foods in there. We all waited to break fast.
After breaking fast,
we were going to sholat tarawih together. Then we could play whatever we
wanted.
I’m not gonna call
this an interesting story because it is not at all. But I just don’t want to
forget this great moment I’ve experienced. Then I call it ‘special’.
***
***
May 10, 2011
03/05/13
Antara fiksi dan realita
Ada sebuah cerita dalam buletin mahasiswa Fakultas Psikologi yang cukup menyentil, saya rasa. Cerita itu berupa komik satu halaman berjudul "Antara Fiksi dan Realita" yang sepertinya selalu ditampilkan dalam tiap penerbitan buletin tersebut dengan judul utama "Si Komet".
Jadi alurnya begini, Komet merasa iba pada seorang anak yang harus mengemis demi sesuap nasi yang saat itu sedang diputar di televisi. Seketika sang ibu meminta Komet berbelanja di pasar dan memberinya uang untuk belanja tersebut yang mungkin masih bersisa untuknya.
Setelah Komet selesai berbelanja, seorang anak kecil yang sedang jongkok menarik bajunya dan berharap agar Komet mengasihani kondisinya yang belum makan selama dua hari. Namun akhirnya Komet hanya berlalu dan lebih memilih uang sisa belanjaan tadi digunakan untuk merental film saja.
Di akhir cerita, terdapat kalimat "Terkadang kita mampu menitihkan air mata untuk sebuah fiksi, tapi tidak untuk realita".
Miris? Ya, pasti. Yang menyedihkan lagi, itu sering terjadi pada saya.
Tulisan ini bukan bermaksud memamerkan keprihatinan dan penyesalan saya, just share for a better self.
Jadi alurnya begini, Komet merasa iba pada seorang anak yang harus mengemis demi sesuap nasi yang saat itu sedang diputar di televisi. Seketika sang ibu meminta Komet berbelanja di pasar dan memberinya uang untuk belanja tersebut yang mungkin masih bersisa untuknya.
Setelah Komet selesai berbelanja, seorang anak kecil yang sedang jongkok menarik bajunya dan berharap agar Komet mengasihani kondisinya yang belum makan selama dua hari. Namun akhirnya Komet hanya berlalu dan lebih memilih uang sisa belanjaan tadi digunakan untuk merental film saja.
Di akhir cerita, terdapat kalimat "Terkadang kita mampu menitihkan air mata untuk sebuah fiksi, tapi tidak untuk realita".
Miris? Ya, pasti. Yang menyedihkan lagi, itu sering terjadi pada saya.
Tulisan ini bukan bermaksud memamerkan keprihatinan dan penyesalan saya, just share for a better self.
Langganan:
Postingan (Atom)