sketsa oleh R.P.
Tampilkan postingan dengan label book. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label book. Tampilkan semua postingan
20/11/17
Jual buku
Berhubung saya jualan buku, bolehlah kalo ada yang tertarik liat2 akun lapak saya ini: Readmore Society.
14/12/16
Dengan berakhirnya ketikan ini, kuharap menjadi closure
Saya sakit
sakit hati
sumpah
sakit banget
ga pernah saya di-php-in sebegitu parahnya
mungkin pernah
tapi saya lupa
dan ini
ga akan mungkin saya lupakan.
Saya benci
saya frustasi
saya ga bisa move on!
Anehnya
obyek yang sedang saya bicarain ini
bukan seseorang yang saya kenal secara pribadi
karna dia sangat populer
terutama di kalangan manusia-manusia nganggur kayak saya
yang rela menghabiskan sekian banyak waktu untuk bertemu dengannya
atau
sekadar menyapanya dengan singkat dan segan
Siapa dia kalo anda pengen tau?
sakit hati
sumpah
sakit banget
ga pernah saya di-php-in sebegitu parahnya
mungkin pernah
tapi saya lupa
dan ini
ga akan mungkin saya lupakan.
Saya benci
saya frustasi
saya ga bisa move on!
Anehnya
obyek yang sedang saya bicarain ini
bukan seseorang yang saya kenal secara pribadi
karna dia sangat populer
terutama di kalangan manusia-manusia nganggur kayak saya
yang rela menghabiskan sekian banyak waktu untuk bertemu dengannya
atau
sekadar menyapanya dengan singkat dan segan
Siapa dia kalo anda pengen tau?
18/06/16
Max Havelaar, Multatli, "nama-nama" yang sering kudengar saat duduk di bangku sekolah dasar
Max
Havelaar
Sebuah cerita di
dalam cerita. Ada banyak cerita. Penyampaian cerita yang spontan, emosional,
dan acak. Fiksi yang jauh lebih nyata. Karena terinspirasi dari kisah nyata.
Memang nyata. Dan karenanya tertulis dan tersampaikan begitu nyata. Oleh Douwes
Dekker yang sudah belasan tahun tinggal di Hindia. Sebutan Indonesia kala masih
dijajah Belanda.
Saat pertama kali
munculnya buku ini, Douwes Dekker menggunakan nama pena Multatuli. Pada epilog, ia dengan lantang menyuarakan kegeramannya terhadap pemerintah
Belanda, pemerintah negara penjajah, juga terhadap pejabat-pejabat pribumi yang juga berada
di kekuasaan penjajah -yang jauh lebih penjajah lagi, tapi padahal dijajah- yang
sangat sering bertindak zalim kepada rakyat, Ini sama lantangnya ketika ia
menceritakan itu semua melalui karakter-karakter yang ia buat, Droogstoppel yang
menjijikkan, Max Havelaar yang adalah sosok adil tapi dikerdilkan, Tine yang bagai
tanpa cela, Max kecil (anak Havelaar dan Tine) yang tak bisa kukomentari, para
pejabat Hindia Belanda yang…ah sudahlah.
14/04/16
Concerning my unread books
Is it wrong to love books so much more than reading activities itself?
Is it right if I relate it to loving a body without loving its soul, more or less?
It's not that I don't read or don't like to read, it's just hard for me sometimes to understand, that it makes me not passionately doing that.
I read, it's one of my daily routines, so it's okay when I say I consider myself liking it.
And now I'm trying to love it, not trying so hard, just as I could, step-by-step, until I'm capable of more understanding, until I love it deep in my heart.
Is it right if I relate it to loving a body without loving its soul, more or less?
It's not that I don't read or don't like to read, it's just hard for me sometimes to understand, that it makes me not passionately doing that.
I read, it's one of my daily routines, so it's okay when I say I consider myself liking it.
And now I'm trying to love it, not trying so hard, just as I could, step-by-step, until I'm capable of more understanding, until I love it deep in my heart.
04/01/15
Jarak di antara kita
Judul: The Space Between Us
Penulis: Thrity Umrigar
Alih Bahasa: Femmy Syahrani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2007
Tebal: 432 hlm.
Penulis: Thrity Umrigar
Alih Bahasa: Femmy Syahrani
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Desember 2007
Tebal: 432 hlm.
***
Hingga detik ini, sistem pembagian kasta masih dapat
ditemukan. Terutama di India, khususnya pada pemeluk agama Hindu. Kasta ialah
pembedaan manusia oleh manusia itu sendiri, dimana sedari lahir telah
ditentukan apakah akan ‘beruntung atau sial’, atas-bawah. Tentu sesuatu yang
menguntungkan bagi segelintir umat (brahmana, ksatria), tapi juga pasti membuat
masyarakat golongan bawah (waisya, sudra) dirugikan. Kesenjangan sosial seperti
ini sering menjadikan orang-orang tidak memanusiakan manusia dan terbatasnya
kesempatan terhadap kaum yang disudutkan. Walau tentu akan sulit sekali
menghapusnya, karena memang tidak memungkinkan.
Bhima dengan segala ketidakberdayaannya menghadapi begitu banyak liku-liku kejamnya kehidupan. Di saat Bhima sudah mengorbankan seluruh tenaga demi cucunya, Maya, datang pula bencana yang tidak diinginkan bahkan belum pernah terpikirkan olehnya sekalipun. Di saat terdapat sebuah harapan kepada Maya, tiba-tiba saja muncul permasalahan yang segera melenyapkan harapan tersebut.
Dia tidak sendiri. Ada Sera, wanita penyabar
yang telah lama dikenalnya.
Bhima dan Sera. Perbedaan yang jelas di antara mereka ialah Sera perempuan Parsi terpelajar, terhormat, dan kaya, sedangkan Bhima hanyalah wanita miskin yang tak berpendidikan, pekerja keras, dan juga pelayan setia keluarga Sera. Namun mereka mempunyai kesamaan nasib yang tak kasatmata, sehingga tali persahabatan terjalin dengan sendirinya. Seperti orang bijak pernah bilang, “persahabatan tumbuh sampai salah satu mengatakan, 'aku juga'.”
Mereka sama-sama wanita tertindas, sengsara, terpuruk dalam masa lalu, dan memikul beratnya luka. Tapi dalam banyak hal, Bhima tidak seberuntung Sera.
Terlepas dari semua kenyataan, tetap saja jarak itu hadir. Tak bisa dipungkiri seberapa saling membutuhkan dan menyayanginya mereka, seberapa nyamannya Sera saat Bhima datang menghiburnya, sebanyak apapun bantuan dari Sera, dan meski sedalam lautan kasih Bhima kepada Sera dan Dinaz, putri Sera, jarak akan selalu ada. Majikan dan pelayan.
Hingga pada akhir novel ini. Adalah umpan termahal yang pernah disajikan sebuah cerita. Sebuah perenungan sederhana namun bermakna, begitu nyata tak terkendali.
Bhima dan Sera. Perbedaan yang jelas di antara mereka ialah Sera perempuan Parsi terpelajar, terhormat, dan kaya, sedangkan Bhima hanyalah wanita miskin yang tak berpendidikan, pekerja keras, dan juga pelayan setia keluarga Sera. Namun mereka mempunyai kesamaan nasib yang tak kasatmata, sehingga tali persahabatan terjalin dengan sendirinya. Seperti orang bijak pernah bilang, “persahabatan tumbuh sampai salah satu mengatakan, 'aku juga'.”
Mereka sama-sama wanita tertindas, sengsara, terpuruk dalam masa lalu, dan memikul beratnya luka. Tapi dalam banyak hal, Bhima tidak seberuntung Sera.
Terlepas dari semua kenyataan, tetap saja jarak itu hadir. Tak bisa dipungkiri seberapa saling membutuhkan dan menyayanginya mereka, seberapa nyamannya Sera saat Bhima datang menghiburnya, sebanyak apapun bantuan dari Sera, dan meski sedalam lautan kasih Bhima kepada Sera dan Dinaz, putri Sera, jarak akan selalu ada. Majikan dan pelayan.
Hingga pada akhir novel ini. Adalah umpan termahal yang pernah disajikan sebuah cerita. Sebuah perenungan sederhana namun bermakna, begitu nyata tak terkendali.
***
Bhima adalah seorang wanita tua yang tinggal
bersama Maya, cucunya, sejak dia masih kanak-kanak karena Maya telah ditinggal
mati kedua orangtuanya. Setiap pagi Bhima harus meninggalkan gubuknya untuk pergi
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Sera Dubash.
Pekerjaan sebagai pelayan sudah ia lakoni sedari remaja, tetapi pada keluarga Dubash lah ia paling lama bekerja. Mungkin itu karena perlakuan Sera yang baik terhadapnya. Salah satu kebaikan Sera yang sangat membuat Bhima bersyukur adalah Sera mau menyekolahkan Maya sampai ke jenjang kuliah. Karena paling tidak itu bisa menjadi alasannya untuk tetap hidup.
Sampai pada suatu hari, impiannya hancur begitu saja karena Maya…
***
Thrity
Umrigar
adalah seorang penulis andal yang sangat lihai merangkai kata-kata. Hebatnya,
semua itu tidak terasa sebagai sesuatu yang berlebihan. Justru sesuai pada
porsinya masing-masing, tidak bertele-tele. Serta alur maju-mundur novel ini mengalir
dengan sangat cermat dan teratur, dan terlebih lagi, klimaks yang sangat
mengguncang.
Walaupun penulis yang satu ini tidak lagi menetap di India, tetap saja dia mampu menghidupkan kisah ini dengan dibalut unsur kebudayaan dan tradisi rakyat India yang kental, meski terkadang konyol dan memuakkan. Tidak lupa pada konflik yang banyak dituturkan novel ini, ialah seringnya timbul kebencian-kebencian terhadap agama seberang, misalnya Hindu pada Muslim dan sebaliknya. Dikatakan dalam cerita ini kalau ada pihak dari dalam sendiri yang menyebabkannya alias mengadudomba, mungkin. Dan entah sampai kapan konflik perbedaan antar-agama bisa dihilangkan. Padahal sudah banyak menelan korban.
Novel ini secara terselubung menyampaikan bahwa betapa pentingnya bagi siapa saja untuk mengecap bangku pendidikan, yang bisa dibilang dianggap remeh oleh mereka yang tidak mampu, atau memang tidak memiliki biaya sama sekali. Karena guna pengetahuan bukan hanya jalan mencapai tujuan tetapi juga sebagai benteng menghindari diri dari jurang kelicikan, kecurangan, kesesatan, serta kebodohan lainnya.
The Space Between Us mempunyai nilai kekuatan lebih, sehingga kelemahannya dapat dengan mudah termaafkan. Sebagai contoh ialah pada para tokohnya yang sering terlihat tak berdaya ketika menerima ketidakadilan. Berat melawan memang, tapi seharusnya itu tidak boleh terjadi terus-menerus, karena sabar memiliki batasan. Meskipun begitu, seperti yang saya katakan tadi, kekurangan ini telah ditenggelamkan oleh perjuangan-perjuangan karakternya dalam hal yang lebih baik, yaitu berjuang demi orang lain. Tidak hanya untuk diri sendiri. Tetapi juga untuk dia-mereka-siapapun, yang pernah bersama kita melewatkan hari-hari di saat suka maupun duka.
Lewat kisah mereka, kita bisa menyimpulkan bahwa keakraban dapat terjalin tanpa syarat di antara dua kelas, menembus dinding tebal bernama kasta. Kita juga disadari bahwa dalam kesedihan separah apapun, paling tidak ada secuil kebahagiaan dari orang terdekat.
Dan satu lagi yang pasti. Lihat bagaimana ingatan masa lalu yang buruk telah menghanyutkan diri sendiri di masa depan, sekarang. Masa lalu tidak dapat dilupakan, karena ketika ingin melupakannya tentu diingat dahulu. Maka setidaknya masa lalu yang buruk dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk sekarang dan seterusnya.
***
October 9, 2010
Langganan:
Postingan (Atom)