Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan

16/04/16

Here, there and everywhere II

Relating to my old post here, almost six years ago, I'd decided to make its sequel just a couple hours ago (instead of pretending doing my essay). And now it's done and been uploaded, so here it is,

18/12/15

Grave of the firefies

The film is opened with Seita narrating, says that he died at September 27, 1945.

The scene switches when Seita sits leaning helplessly with ragged clothes at the railway station. That time the war is over. He falls down. He thinks of his sister, Setsuko.

22/06/15

Cerita The Edge (1997)

Malam mungkin adalah waktu yang paling menyenangkan untuk berada di sekre. Hawa sejuk angin malam, suasana kampus yang tidak begitu ramai, wi-fi yang kencang meski jarang terjangkau di sekre, kadang ditemani lagu-lagu yang diputar melalui speaker dengan volume yang kebangetan, atau nyanyian dengan iringan gitar oleh para penghuni sekre. Dan satu lagi yang tak pernah habis, adalah obrolan-obrolan tentang apa saja yang bahkan sering diulang-ulang, yang bosan tak bosan tetap saja diperdengarkan dan diperbincangkan. Obrolan yang tak pernah habis itu termasuk obrolan mengenai film.

Mas Suwung, seorang anggota luar biasa Majestic-55, tiba-tiba membicarakan tentang sebuah film yang dianggapnya bagus, yang bertemakan survival. Dengan gayanya yang khas, terbata-bata ia mengatakan, “Anak GH (re: gunung hutan) wajib nonton film ini.” Sebenarnya saya tidak terlalu ingin tahu tentang filmnya, tapi besok-besoknya ia masih saja menceritakan tentang kekagumannya terhadap film tersebut. Saya pun coba mengetikkan “The Edge” di google. Di sebelah saya Mas Suwung melongokan kepalanya ke arah laptop, ia terlihat bersemangat. Ia pun bertanya, “Ada po filmnya di internet? Bisa didownload po? Film lama banget itu.” Sambil menahan ketawa saya membalas, “Mas, mas, di internet film setua apapun ada, yang penting koneksinya aja nih.” Ia pun puas saat saya berhasil mendapatkan download link film tersebut di torrent. Baru saya ketahui ia menontonnya pertama dan terakhir kali pada 2011 lalu.

Akhirnya dua hari kemudian filmnya selesai diunduh. Tidak, saya tidak segila itu menunggu dua hari hanya untuk mengunduh sebuah film. Tentu saja saya meng-resume-nya saat mengaktifkan laptop dan kebetulan ada koneksi. Ketika mas Suwung ada di sekre, saya segera melapor padanya. Tak sabar, ia meminta untuk menonton saat itu juga. Dan kami pun mulai menonton film tersebut, yang sampai ceritanya berakhir masih dengan setia ditemani oleh Kaka Sarno.

Jadi begini ceritanya saudara-saudara,

07/01/15

Old reviews

Ngubek2 isi laptop, ketemu lagi tulisan lama tentang film.

*** 
 
She's the Man (2006)
Starring:
Amanda Bynes
Channing Tatum 

Ulasan:
Film ini bercerita tentang Viola (Amandy Bynes), seorang gadis remaja yang sangat menyukai sepak bola. Kecintaannya pada sepak bola membuatnya ingin bertanding dengan tim lainnya. Tapi pelatih dari sekolahnya tidak mengizinkannya bertanding dikarenakan ia adalah seorang perempuan. Karena kesal, Viola memutuskan untuk masuk ke asrama laki-laki yang seharusnya ditempati oleh abangnya, Sebastian.

Namun Sebastian sama sekali tidak tertarik untuk masuk ke asrama tersebut dan malah memutuskan pergi ke London demi bandnya. Jadilah Viola menyamar sebagai Sebastian demi memenuhi keinginannya untuk mengikuti pertandingan sepak bola. Dan ternyata tim sepak bola dari asrama yang baru saja ditempatinya itu akan bertanding dengan tim sekolah lamanya.

Di asrama tersebut ia bertemu dengan Duke (Channing Tatum) yang menjadi teman sekamarnya. Setelah saling mengenal, Viola (fake Sebastian) mengetahui kalau ternyata Duke menyukai Olivia (Laura Ramsey), sang idola di asrama itu. Tapi yang terjadi malah cinta yang bertepuk sebelah tangan, Olivia sudah jatuh hati dengan Sebastian pada pandangan pertama. Maka timbullah kebencian oleh Duke terhadap Sebastian. Sebaliknya, semakin lama Viola sadar ternyata ia sangat menyukai Duke yang sudah memusuhinya.

Emang sih jalan ceritanya predictable, tapi film ini wajib ditonton bagi yang butuh hiburan terutama yang udah stres akut, karena kita bakal terus ketawa sepanjang cerita. Meskipun di ending sedikit sedih tapi dimasukin humornya juga. Komedinya menyenangkan ditambah dengan aktingnya Amanda Bynes yang lumayan, dan juga Channing Tatum, salah satu aktor favorit saya.

Eh, nyesel lho kalo dilewati film seperti ini. Meski terlalu biasa, setidaknya sangat sangat menghibur. Jangan berpikir film bagus itu cuma yang dibintangi oleh aktor/aktris kelas atas atau garapan sutradara ternama doang.

Lucu: ****
Tingkat keseriusan film: **

***

Green Street Hooligans (2005)
Starring:
Elijah Wood
Charlie Hunnam 

Ulasan:
Film ini bercerita tentang Matt (Elijah Wood), seorang lelaki yang baru saja dikeluarkan dari Harvard University karena dikira menggunakan obat terlarang yang sebenarnya dimiliki oleh teman sekamarnya. Tidak bisa melawan tuduhan atas dirinya itu, akhirnya Matt memutuskan untuk pindah ke London dan tinggal bersama keluarga kakak perempuannya. Lalu ia diperkenalkan dengan Pete (Charlie Hunnam) yang merupakan adik dari suami kakaknya yang bernama Steve.

Pete adalah ketua grup supporter sepak bola di wilayahnya yang memiliki musuh, yaitu grup seberang. Persaingan itu didasari oleh kefanatikan grup Pete pada klub sepak bola West Ham United dengan grup seberang yang sangat membanggakan klub sepak bola Millwall. Pertemanannya dengan Pete membuat hidup Matt berubah menjadi lebih berani dalam menghadapi persoalan maupun tantangan. Di sana ia menemukan arti sahabat yang sebenarnya. Hingga pada suatu saat terjadi perkelahian yang sangat memilukan dan sampai merenggut nyawa di antara mereka.

Yah, terharu sekali menonton filmnya. Ceritanya sama sekali nggak ada unsur percintaan antara lelaki dan perempuan, tapi lebih menyudutkan persahabatan. Sebenarnya saya kurang tertarik kalo nggak ada cinta-cintaannya ntu, tapi ternyata saya sangat menyukai filmnya.

Alasan saya beli dvd film ini karna ngeliat ada Elijah Wood-nya :D. Hmm film low budget yang bagus dan meninggalkan sesuatu di pikiran saya. Mungkin nggak sedikit juga yang bilang kalau film Green Street Hooligans ini membosankan, tapi itu nggak berlaku sama sekali buat saya. Oya saya juga suka soundtrack-nya, One Blood, by Terence Jay.

Mantap: ****
Tingkat keseriusan film: ****

*** 

January 28, 2010

06/01/15

Brenton Thwaites (alay!)

Aktor bernama lengkap Brenton Thwaites ini dilahirkan pada tanggal 10 Agustus 1989 tepatnya di Cairns, Queensland, Australia.

Ia sudah membintangi beberapa film layar lebar, di antaranya Oculus, Maleficent, The Giver, dan baru-baru saja pada 2014 lalu ditemani oleh aktor asal Skotland Ewan McGregor berperan sebagai anak berusia 19 tahun yang menjadi buronan dalam film Son of a Gun.

Kabarnya pada tahun 2016 mendatang, kita dapat melihatnya berakting sebagai pemeran utama di film Gods of Egypt bersama dengan Gerard Butler. Ia juga telah dikonfirmasi akan memerankan tokoh Henry di sekuel film terbaru Pirates of Caribbean yang akan dirilis pada tahun 2017, Dead Men Tell No Tales.

Ternyata Hugh Jackman dan almarhum Heath Ledger yang juga berasal dari Australia sama sepertinya adalah beberapa aktor yang menginspirasinya.

Brenton mengawali karirnya sebagai aktor di dunia pertelevisian, bermula dari serial televisi Australia berjudul SLIDE memegang peran pembantu.

Saya sendiri sudah mengenalinya sejak ia bermain di film televisi Blue Lagoon: The Awakening. Saat itu di usianya yang masih 22 tahun, ia terlihat lebih berotot dari sekarang. Selanjutnya saya menonton film Maleficent, namun tidak sadar kalau ia yang memainkan Prince Phillip yang hanya nongol sebentar saja.

Lalu film The Giver rilis, dan menyaksikan dengan seksama wajah manisnya yang agak familiar itu membuat saya kepo di internet. And yap, that’s him! 

Mencari rekomendasi film 2014 yang bagus, saya mendapatkan Son of a Gun sebagai salah satu dari list yang ada. Tak perlu mengecek lagi sebenarnya, saya sudah yakin ia adalah aktor utamanya. Tapi emang dasar saya yang norak dan sudah terlanjur terotak dengan paras manisnya itu, saya pun meng-googled-nya kembali. Oh my dear. FYI, Itulah yang memotivasi saya menulis profil tentangnya di sini. *(-_-)*

Namun kemunculannya di film The Giver lah yang berhasil menambah popularitasnya. Film yang diadaptasi dari novel ini berlatar kehidupan umat manusia yang begitu teratur dan tertata rapi, namun dibalik itu semua terkuak rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, yang disebut The Giver. Sudah bisa ditebak, ia terpilih menjadi The Giver itu.

Sebenarnya tidak sedikit film yang memiliki tema sejenis seperti film ini, semacam The Hunger Games, Divergent, The Maze Runner yang juga berdasarkan novel, dan oleh karenanya cukup sering dibandingkan. Tapi saya akui film ini cukup menghibur, terutama bagi penikmat romance dipadu science fiction.

Di situ pula ia disandingkan dengan aktris muda cantik asal Israel, Odeya Rush, yang juga sedang naik daunnya.


Di film ke-5 franchise Pirates, ia akan memerankan sosok prajurit Inggris yang akan berada di sisi Jack Sparrow. Film ini sendiri disutradarai oleh duet Joachim Rønning dan Espen Sandberg. Mereka dikenal lewat karya film terakhirnya, Kon-Tiki, yang telah menuai banyak penghargaan dan nominasi, termasuk Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik 2013.

Dengan talenta yang sudah dibuktikannya di film-film itu, bukan tidak mungkin bila nantinya Brenton akan terus berkembang menjadi aktor besar, sama seperti aktor-aktor yang dikaguminya itu, bahkan bisa saja melampaui mereka. Who knows? Kita doakan yang terbaik buat lelaki yang sepertinya juga memiliki hobi bermain gitar dan surfing ini, ya! *sotoy*


P.S. Dia sedikit banyak ngingetin saya sama Gaspard Ulliel dan Luke Pasqualino (yang jadi Freddie McClair di serial Skins series 3 & 4).


YUK!:
Instagram: brontella121
Twitter: brentonthwaites
http://www.elle.com/news/culture/hot-guy-cold-drink-brenton-thwaites 
http://www.interviewmagazine.com/film/discovery-brenton-thwaites/#_  
http://www.dallasnews.com/entertainment/movies/headlines/20140811-qa-with-brenton-thwaites-star-of-the-giver.ece 
http://www.shineon-media.com/2014/06/18/39-reasons-why-brenton-thwaites-is-your-new-summer-crush/

02/12/14

Mulai lagi

Dengan alur maju mundur namun mudah dicerna, penonton akan disajikan sebuah kisah drama musik tentang keterpurukan yang dihadapi oleh seorang eksekutif produser musik paruh baya yang nyentrik dan seorang wanita muda yang gemar menciptakan lagu untuk kepuasan pribadinya. Pada acara musik di sebuah kafe kecil mereka dipertemukan. Wanita itu, atas ajakan mendadak temannya, terpaksa melantunkan salah satu lagu gubahannya diiringi petikan gitar yang ia mainkan sendiri. Hal ini disaksikan oleh sang eksekutif produser yang sedang mabuk sambil mengimajinasikan sebuah panggung konser dari lagu tersebut. Belakangan, ia muak dengan musik-musik sekarang. Dari situ muncul inspirasi dan lahirlah sebuah ide yang belum tentu cemerlang, terutama karena keterbatasan dana. Maka sejak itu, dimulailah usaha mereka demi mewujudkan impian yang baru seumur jagung tersebut.
 
 
Di film ini kamu akan mendengarkan suara pelan nan lembut dari aktris cantik berkebangsaan Inggris, Keira Knightley. Ada Adam Levine yang ikut berperan sebagai salah satu karakter inti yang juga menyumbangkan suaranya pada beberapa lagu. Meski terbilang baru dalam bidang perfilman, aktingnya layak diapresiasi. Selain itu, kemampuan berakting dari Mark Ruffalo yang tidak perlu diragukan lagi, serta ditunjang oleh aktor-aktris pendukung lainnya yang ikut berkontribusi atas keberhasilan film ini. Dari sisi cerita, mungkin terdengar basi dan klise, tapi hal tersebut mampu ditutupi dengan skenario dan dialog yang menarik dari para karakternya. Alasan-alasan di atas menjadikan film ini patut ditonton oleh kamu yang butuh hiburan. Dan terakhir, dengan lagu-lagu yang enak didengar, lumayan untuk menambah playlist di music player kamu.

25/08/13

We are just passing through

"But lately.. I’ve been forgetting little things. He’s sort of fading and I’m starting to forget him. And it’s like, like losing him again. So sometimes, I make myself remember every detail of his face, the exact color of his eyes, his lips, his teeth, the texture of his skin, his hair. That was all gone by the time he went. And sometimes, not always, but sometimes.. I can actually see him. It's as if a cloud moves away and there he is, I could almost touch him. But then.. the real world rushes in and he vanishes again. But what all I did every morning when the sun was not too bright outside, but the sun somehow makes him vanish. It's he appears and he disappears, like a sunrise and a sunset, anything, so ephemeral. It's just like our life, we appear and we disappear. And we are so important to some. But we are just.. passing through.” 
- Natalia in "Before Midnight"

09/07/12

Almodóvar

Kalo ada orang yang nanya sama saya film apa yang paling romantis sedunia, saya akan ngejawab...

Whaaaattt? Titanic??? Ke laut aja loe
The Notebook? Hohoho
Ghost????? Bahh

Oke. Munafik emang kalo saya bilang saya ga suka dengan film2 di atas, karena saya juga sedih nontonnya. Tapi. Tapi they are way way far from romantic jika dibandingkan dengan Talk to Her.


Kalo anda pernah menontonnya anda pasti ngerti maksud saya, kalo belom, buruan!!

Berhubung ngomongin nih film, saya juga pengin ngasih tau film2 lainnya dari sutradara yang sama, Pedro Almodóvar, yg udah saya tonton, yaitu All About My Mother yang lebih lama diliris dan The Skin I Live In yang muncul 2011 kemarin.

Kesan saya sama tiga2nya?
I AM FUCKING AMAZZEEED, DUDE.

Coba yg lainnya ah.

16/05/12

08/08/10

Blurry eyes

Makin lama makin malas buat nulis. Malas ngetik.
Tapi kali ini saya pengin buat postingan tentang apa yang barusan saya tonton dan baca 15 hari belakangan bulan Juli terakhir. Kenapa 15 hari belakangan? karna dari tanggal 1 sampe 15 sama sekali gak ada nonton.
Tulisan ini dibantu oleh note saya sebagai pengingat tanggal kejadiannya (aneh gak tiap nonton harus dicatet?). Yak, jadi intinya sekarang saya cuma mau ngetik aje. Apa gunanya? setidaknya postingan blog betambah satu. x)

Jumat, 16 Juli 2010
Jam 8 malam, saya nonton I Wanna Hold Your Hand dilaptop. Filmnya udah lama nganggur tapi tiba-tiba pengin muterin. Sebenarnya saya gak berniat buat nonton, saya cuma penasaran dengan adegan awalnya doang sih.
Karna di awalnya aja udah lucu bangget, jadinya keterusan. Akhirnya selese dalam waktu dua jam. Seharusnya satu setengah jam aja, tapi saya kebanyakan ngulangin adegan-adegannyanya. Ahaha.
Oh ya, saya bikin tulisan kek gini gak mau buat gimana ceritanya. Jadi nonton yee.
Tapi film ini tentang... tau kan? I Wanna Hold Your Hand. Pasti pernah dengar titelnya. Yap, ini mengenai the Beatles. Bukan. Bukan kisah mereka. Ini tentang para fanatiknya the Beatles. Fiksi tapi.
Nilai plus dari film I Wanna Hold Your Hand ialah... berhasil bikin saya ngakak terus-terusan. Kyahahaha.
Myrate: 7.2

Sabtu, 17 Juli 2010
Jiah. Banyak koleksi saya yang masih tersimpan. Gak 'tersentuh' sama sekali. Dan saya mutusin buat nonton Chapter 27. Tentang pembunuh John Lennon, si... (lupa aku, gugling dulu ah)... Mark David Chapman. 
Saya suka akting Jared Letto nya. Total menurut saya. Apalagi... wtf?! gembrot kali badannya. Hm. Sekarang kurus lagi pasti. Hebat ya?
Oh yaw, seingat saya judulnya Chapter 27 karna, dalam buku The Catcher in the Rye ada 26 chapter. Dia sangat terobsesi dengan buku ini, so, istilahnya Chapter 27 nya itu adalah sewaktu dia membunuh John Lennon, si legenda dunia.
Satu quote yang masih teringat dikepalaku:
Mark David Chapman: "What I really love about a song or a book, if it's really good. I mean if the writer is really talking to you. Then you feel like they're this really great friend of yours, and you can just call them up on the phone whenever you want."
Berkesan aja gitu.
Myrate: 7

Rabu, 21 Juli 2010
Masih berhubungan dengan The Beatles. Saya nonton Backbeat dilaptop. Mengisahkan The Beatles. Difokuskan pada (gak, bukan John Lennon atopun Paul McCartney), tapi Stuart Sutcliffe nya. Ceritanya tentang hubungan dia dengan Astrid Kirchherr, wanita yang membuatnya tergila-tergila dan John Lennon, sahabatnya.
Film ini saya tonton dengan bahasa Prancis. Kayanya bukan bahasa asli filmnya lah. Lucu bahasa Prancis dikuping aku.
Disturbing scene difilm ini adalah... adegan sex dan naked yang gak terhitung.
Myrate: 7.5

Jumat, 23 Juli 2010
Hari ini saya beli kira-kira, hm, 5 dvdan. Nontonnya jam 11 malem. Film yang saya puter pertama adalah... New Moon. Gila ya? padahal Eclipse udah lama rilis, tapi saya masih nonton New Moon?! Wakakaka.
Cukup menghibur.
Taukah kamu berapa film ini kubeli? Limabelas rebo. Hoek. Padahal yang empat laennya cuma enam ribu, itulah karna saking niatnya saya nonton ni film, walopun saya harus menyisihkan sembilan ribu rupiah lebih banyak dan meskipun orang-orang pada mengutuk filmnya.
I don't care. Tujuan utama nonton kan untuk menghibur.
Myrate: 6 (Kok pelit kali kau? katanya asehk?? sukak akulah. Film yang menghibur belom tentu bagus).
Yang patut kuhina di film ini adalah (akting) Edward Culun dan scene-scene yang bikin aku malu (senyam-senyum gaje). Banyak sekali adegan cheesy-nya! 

Minggu, 25 Juli 2010
Lagi gak males alias sangat bosan, pengin nonton. Akhirnya ngidupin teve+dvd player lalu masukin dvd The Road
Komen: film yang sangat bagus dan kelam yang saya tonton di taon 2010. Tapi ini film 2009.
Meski bagus, banyak yang mengganggu di film ini, yaitu anaknya. Sebelumnya saya 'disadarkan' oleh kakak saya. Dia bilang, "Ihh nyemak kali anaknya! teriak terus! sok baek pun." Saya masih maklumin karna kan anaknya emang saleh. But, lama kelamaan kebangetan juga. Gerem jadinya. :O
Karna penasaran dengan penilaian orang-orang, saya liat ratingnya di IMDb. Baca di boards nya... jajajajaja, banyak yang benci anaknya ternyata.
It's okay, tetap saja filmnya telah membuat saya ternganga (karna takut). Terutama saat adegan, ups, spoiler dikit, di bawah tanah gitu (doh, merinding aku ngetiknya), pas ada manusia-manusia, yang (ngeri bah) kerempeng sekali. Nonton saja.
Oh fyi, this movie is based on book by Cormac McCarthy who is the writer of No Country for Old Men. Parah.
Myrate: 8.1 (aku sungguh masih bingung dengan keadaan di film ini, kirain bakal dijelaskan kenapa semua itu terjadi, ato emang udah ya). 

Selasa, 27 Juli 2010 
Film ketiga yang baru-baru kubeli, The Ghost Writer, belon kutonton ampe abis. Ketiduran. Masih 10 menit padahal. Ngantoks.
I'll tell you why I don't want to know where you are
I got a joke I've been dying to tell you
The silent kid is looking down the barrel
To make the noise that I kept so quiet
I kept it from you, pitseleh
Maksudnya apa?
Gak, nyanyi aja. 

Jumat, 30 Juli 2010 
Ngelanjuti The Ghost Writer, tapi ngulang dari awal lagi, gak fokus soalnya semalam. 1. 10. 20. 30. 40. 50.
Beh, cuma bertahan 50 menitan. Capek. Apa penyebabnya pun aku ragu Entah kepala aku yang pening ato akunya kurang tidur. Entah. Mungkin, kurang tidur menyebabkan kepala pening. Pasti. 

Minggu, 8 Agustus
Banyak alasan yang buat aku males nonton. Sampe sekarang The Ghost Writer belum kulanjutin. Dan 2 dvd lainnya masih terdiam.

***

Untuk yang kubaca dibulan Juli adalah Biola Tak Berdawai. Lupa tanggalnya berapa, yang jelas waktu itu aku beli 3 buku.
Yang anehnya, pas baca buku ini, ada sesuatu yang mengingatkan aku dengan pelajaran sejarah. Soalnya semalamnya lagi belajar sejarah mengenai Pandawa dan Kurawa, dan dibuku ini banyak sekali diselipin kisah-kisah perwayangan, de el el, dan salah satunya Pandawa (5 bersaudara) dan Kurawa (100 bersaudara) itu. Nah? ingat aku kan. Huahaha.
Buku ini ditulis berdasarkan dari film Biola Tak Berdawai yang diperankan oleh Ria Irawan dan Nicolas Saputra. Pemeran si Dewa nya gak tau, karna saya juga belom nonton. Penasaran lahh.
Kisahnya tentang Dewa, anak tunadaksa yang... blablabla.
Intinya ini buku yang wajib dibaca semua umat.
Myrate: 8.5 

P.S. Thanks buat yang baca. Untuk kalimat yang gak nyambong harap dimaklumi. Saya masih berusaha buat menulis yang masih mengikuti jalur. [?]