13/12/15

An introduction to a once-in-a-lifetime experience

 
Setelah melalui perjalanan selama 2 jam dari Putussibau, sebuah kabupaten kecil di Kalimantan Barat, setelah sebelumnya pula berada di bus selama 17 jam perjalanan panjang dari Pontianak menuju Putussibau, tibalah kami 26 mahasiswa KKN KTB-2 UGM pada awal Juli 2015, di sebuah wilayah yang terletak masuk di pinggir jalan bernama Sungai Utik. Sungai Utik merupakan satu dari dua dusun yang berada di Desa Batu Lintang, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu. Dusun lainnya adalah dusun Pulan yang berjarak kurang lebih 3 kilometer dari dusun Sungai Utik ini.

Pandangan mata tertuju pertama kali pada sebuah rumah, rumah yang cukup panjang yang dikenal sebagai rumah betang. Rumah yang benar-benar terlihat begitu otentik nilai budayanya dan karenanya oleh pemerintah pun sudah ditetapkan menjadi cagar budaya. Di situlah tempat tinggal sebagian besar masyarakatnya. Ada bangunan sekolah dengan hamparan rumput hijau yang sangat luas, gereja, dan ada pula warung.

Turun dari bus kami segera mengeluarkan barang-barang kebutuhan pribadi dan kebutuhan program yang dibantu oleh apay-apay (bapak) dan indai-indai (mamak) sambil disaksikan anak-anak yang sedang tertawa riang gembira. Setelahnya kami pun digiring untuk berjalan di bawah menuju hilir, yang disambut dengan senyuman manis anak laki-laki dan perempuan yang memakai pakaian adat di antara kami para mahasiswa.

Ketika menaiki tangga, seorang pemuda melakukan suatu ritual khusus kepada kami, yaitu membuat sebuah lingkaran kecil dengan seekor ayam di atas kepala kami, lalu oleh seorang pemudi lainnya kami diberikan cangkir berisi air untuk dibuang, dan ini dilakukan terhadap kami satu per satu sebelum kami menginjakkan kaki di rumah betang ini. Diketahui kemudian bahwa air tersebut merupakan air tuak. Ritual ini dipercaya agar kami selamat dan memberikan keberkahan selama masa KKN.

Tidak berhenti sampai di situ, ternyata penyambutan yang jauh lebih meriah baru saja akan dimulai. Sambil terus berjalan, dihibur dengan tarian khas Dayak Iban yang dilakukan oleh anak-anak, dengan gerakan-gerakannya yang gemulai sambil diiringi musik yang dimainkan langsung oleh warga, kami pun hanya bisa berdecak kagum. Sungguh ini merupakan suatu penyambutan yang tidak akan terlupakan.

Setelah beberapa kata sambutan dan perkenalan dari warga serta mahasiswa, kami langsung diarahkan untuk makan dengan hidangan masakan khas sana, masakan yang semua bahan-bahannya berasal dari hutan mereka. Dilanjutkan dengan pemberitahuan terkait penempatan mahasiswa selama masa KKN, khususnya bagi yang berada di sub unit A (Sungai Utik). Dapat diketahui bahwa rumah betang ini memiliki 28 bilik (pintu) yang hampir setengahnya akan diisi oleh kami semua. 

Kesan yang kami dapatkan pada hari pertama ini adalah betapa antusiasnya masyarakat terhadap kegiatan KKN ini. Penyambutan yang disuguhkan kepada kami para mahasiswa, sudah cukup menunjukkan penerimaan terhadap kami sebagai bagian dari mereka. Tidak terbayangkan pengalaman apa lagi yang akan kami semua hadapi selama kurang lebih 2 bulan kedepan. Yang jelas kami sangat bersemangat dan siap untuk menjalaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar