22/12/18

Madre mia

Ibu, atau dlm bahasa keseharian yg sejak kecil sampai sekarang kupanggil Mamak, adalah seseorang yg rumit.

Ia bisa jadi orang yg sangat kusayang, bisa pula yg kubenci. Di lain waktu, pun pd saat yg bersamaan.

Banyak perbedaan yg aku dan Mamak miliki, sama banyaknya dgn segala persamaan yg ada di antara kami.

Seperti dlm hal peliharaan.

Waktuku bocah, aku punya banyak binatang. Jenisnya pun beragam. Dari kucing bernama Teti yg mati makan racun tikus, ayam teletubbies yg sering kubeli (namun yg plg berkesan di hati adalah si Tonjang), kura-kura yg hingga saat ini masih hidup, kelinci yg tak pernah panjang umur, burung yg sangat kukasihi bernama Buyung, hamster yg terus2an beranak pinak, hingga Kukang yg aku baru tahu beberapa tahun kemudian kalau itu hewan dilindungi. Mereka semua kurawat bersama kakakku. Meski aku lebih sering menggemas ketimbang merawat.

05/12/18

Awal untuk akhir

tidak ada yang patut dibanggakan dari kesendirian
apalagi kesepian
tapi orang-orang malah berbondong-bondong memamerkannya
menuliskannya
menceritakannya
eksplisit atau implisit, sama saja
seperti aku sekarang ini

supaya apa? mau dikasihani?

tidak, tidak, tidak... enak saja!
tidak!

bagiku?
agar menjadi terapi untuk meredakan kegilaan yang diakibatkannya (kesendirian dan kesepian)
bagimu?
agar kau tahu bahwa di dalam kesendirian dan kesepianmu, kau tidak betul-betul sendiri (harapanku)

October, 2017

Often times we talk about things that don't mean anything to us. We talk so we have things to talk about, to break the ice. But after that, we just think and realize that those things we talk about are not important.

We feel empty and dumb because the things that we actually care and wanna talk about are just being kept inside our mind. Maybe the reason is we can't talk honestly, because honesty is tough to explain and hard to accept.