Ia bisa jadi orang yg sangat kusayang, bisa pula yg kubenci. Di lain
waktu, pun pd saat yg bersamaan.
Banyak perbedaan yg aku dan Mamak miliki, sama banyaknya dgn segala
persamaan yg ada di antara kami.
Seperti dlm hal peliharaan.
Waktuku bocah, aku punya banyak binatang. Jenisnya pun beragam. Dari
kucing bernama Teti yg mati makan racun tikus, ayam teletubbies yg sering
kubeli (namun yg plg berkesan di hati adalah si Tonjang), kura-kura yg hingga
saat ini masih hidup, kelinci yg tak pernah panjang umur, burung yg sangat kukasihi
bernama Buyung, hamster yg terus2an beranak pinak, hingga Kukang yg aku baru
tahu beberapa tahun kemudian kalau itu hewan dilindungi. Mereka semua kurawat
bersama kakakku. Meski aku lebih sering menggemas ketimbang merawat.
Dgn kenyataan bahwa binatang di rumah kami ramai, jarang kulihat
Mamakku menunjukkan perhatiannya thd mereka. Bahkan bisa kublg ia membenci.
Apalagi kalau berurusan dgn kucing.
Setelah Teti wafat, aku dan kakakku tak pernah serius merawat kucing,
krn kami hanya boleh memberi makan di teras rumah. Mamak melarang kucing masuk,
dan ia akan berteriak pd mereka kalau berani2nya menyusup. Kadang pun ia tak
sungkan menendang layaknya antagonis dlm sinetron favoritnya.
***
Setahun lebih berlalu, sejak hal yg tak kusangka perlahan2 terjadi.
Rumah yg kutinggal pergi (krn merantau) mulai bercorak kembali. Kakak dan
Bapakku “memungut” kucing liar (sedikit demi sedikit) utk diberi makan dan
dirawat dlm rumah. Pertama kali mendengar, aku heran. Mamakku tak suka kucing
di rumah. Tapi asumsiku mungkin krn Bapakku ikut merawat, maka apa boleh buat
dia pun kalah sekutu.
Saat pulang ke rumah Juni lalu, aku menjadi saksi “peristiwa” itu. Dari
8 kucing yg seatap, ternyata Mamak sudah “memilih” kucingnya. Namanya Ayang. Ia
adalah kucing betina perkasa yg sedang bobo cantik dibalik selimut bersama
Mamakku itu. Mamakku sayang padanya, begitu juga ia, melendot saat “Mamak”nya
memanggil.
Itu lah Mamak, yg tak bisa kutebak. Kami berbeda, namun pd dasarnya
sama.
Selamat hari Ibu, Mak. Sayang Mamak selalu.
Ditulis pada dua puluh dua desember dua ribu enam belas.
Menarik, cerita tentang binatang kesayangan yang awalnya dibenci.
BalasHapushehe, ya begitulah. waktu bisa mengubah segalanya
Hapus