31/10/16

Get along

Apa impian saya?
Supaya ga lupa, ada baiknya saya catat.

Sejujurnya dari segi materiil, yang benar-benar saya impikan itu ga ada (karena yang saya butuhkan hanya cinta, ceileh, serius tapi). Maksudnya yang sampe bikin saya tersiksa batin karna begitu memikirkannya (impian itu), belum ada.

Tapi mungkin karena setiap orang butuh impian nyata untuk memotivasi dirinya dalam menjalankan hidup, maka sebaiknya saya pun juga harus mulai memikirkan dan meresapi impian itu sendiri. Dalam arti mengadakan impian itu dan membuat saya tersiksa bila belum mencapainya (dilihat secara positif), agar hidup ini dapat lebih terarah dan berguna.

Jadi apa saja?

1.      Wisuda sebelum umur 22 tahun, yakni Agustus 2016, dengan cum laude. Bisa dibilang ini ambisi yang dilatari oleh rasa gengsi. Alasan yang dangkal, I know. Tapi rasanya lega aja ketika lulus tepat waktu, apalagi ngeliat banyak anak angkatan 2012 udah pada lulus Februari kemaren ato Mei nanti. Di samping itu, biasanya kan orang keburu pengen lulus karena mau langsung dapet kerja ato kebelet nikah, tapi saya hanya pengen nuntasin kuliah S1 ini aja, biar bisa fokus dengan rencana selanjutnya. Dan saya berharap mampu mengakhiri masa studi S1 ini dengan skripsi yang mateng dan komplit. Apa rencana selanjunya?
2.      Lanjutin kuliah di luar negeri (Eropa, khususnya Jerman). Untuk mempersiapkan ini saya harus kursus bahasa Jerman sambil cari-cari informasi beasiswa kuliah di sana, jangan sampai menggunakan duit orang tua lagi. Target saya persiapan untuk ini selama setengah tahun, dan untuk itu saya ga mau pulang ke rumah, maunya di Jogja saja. Lalu…
3.      Kerja sampingan. Serius kerja sampingan jadi impian? Jujur saya belum pernah mengalami kerja atau magang atau semacamnya selama saya hidup, sejauh saya kuliah hampir 4 tahun ini. Cukup memalukan sebenarnya. Pernah ditawari magang sama tante saya waktu itu untuk libur semester tahun lalu, tapi lagi KKN jadinya ga jadi, terus ga pernah nanya-nanya lagi deh. Maka dari itu saya pengen kerja selagi saya kuliah di sana. Mungkin yang dapat saya tawarkan adalah modal saya selama hampir 3,5 tahun berorganisasi di organisasi pecinta alam di kampus saya ini.
4.      Punya perpustakaan / taman bacaan pribadi. Ini nih yang membingungkan. Di satu sisi saya pengen kuliah di luar negeri, tapi di sisi lain saya juga ingin mengelola perpustakaan / taman bacaan pribadi, mengingat saya punya banyak koleksi buku dan tidak ingin membiarkan mereka nganggur, tapi takut kalo bukunya dirusakin. Mungkin solusi yang paling tepat untuk ini adalah ketika saya lulus S2 nanti. Jadi buku-buku yang menumpuk sekarang di kosan saya ini sementara bisa dikirim ke rumah orang tua saya. Sebenarnya agak ga rela sih, apalagi biaya ngirim yang mahal. Untuk itu saya juga pengen…
5.      Punya rumah di Jogja. Mungkin ini keinginan yang baru seumur jagung, muncul 2 bulan belakangan. Karena sebelumnya ga pernah terpikirkan oleh saya untuk menetap di Jogja. Tapi alangkah indahnya membayangkan diri ini ketika dari Jerman nanti pulang ke Jogja menuju rumah sendiri. Aah. Dengan banyaknya toko buku murah dan segala akses lainnya yang bisa dibilang gampang, dan itu bisa ditemukan di sini, di Jogja, membuat saya semakin berharap punya rumah di sini. Di rumah ini pula nantinya saya dapat menampung buku-buku saya. Tapi karena ini butuh banyak duit, kayaknya saya harus ngumpulin banyak duit dulu.
6.      Punya kafe yang di lantai atasnya juga perpustakaan / taman bacaan pribadi. Sebenarnya keinginan untuk memiliki kafe yang di atasnya terdapat perpustakaan / taman bacaan pribadi ini lebih dulu hinggap saat saya masih duduk di kelas 1 SMP dulu, saat saya mengerjakan tugas ekonomi terkait Kreasi dan Inovasi. Tapi untuk sekarang saya lebih memprioritaskan perpustakaan / taman bacaan pribadinya terlebih dulu dibanding dengan kafenya. Merasa usaha ini butuh modal banyak dan konsep matang untuk pengerjaannya, sehingga saya pun merasa hanya dapat mempunyai usaha ini ketika kelima impian saya sebelumnya sudah tercapai.
7.      Punya VW Combi. Dulu saya ngebet banget pengen punya Combi, tapi kalo dipikir-pikir lagi kayanya Combi ini asyiknya ketika sudah berkeluarga, apalagi ketika keenam impian saya di atas sudah tercapai. Membayangkan diri ini bervakansi ria bersama orang-orang tercinta dengan menaiki VW Combi, sambil baca buku, dengerin musik, nonton film, makan-makan bersama, adalah hal terindah yang mampu saya bayangkan seumur-umur.

Ya begitulah kira-kira impian saya yang perlu saya tuliskan di sini. Berlebihan? Tidak apa-apa, namanya juga impian. Dan bukan berarti dengan saya mengatakan “namanya juga impian” itu saya tidak menganggapnya serius. Mungkin hanya pembelaan untuk tanggapan orang lain yang akan mengatakan “lebay”, dan lain semacamnya. Heuheuheu. Nah ini nih, satu lagi, semoga saya ga usah begitu mikirin pendapat orang lain!!!!

***

Tulisan di atas saya buat pada 20 April tahun ini dan baru saya baca lagi sekarang. Jujur, karena saya sendiri takut diingatkan. Seakan-akan saya dikejar oleh makhluk besar bernama Masa Depan. Dan saya pun memilih untuk cari aman dengan mengabaikannya. Tapi saya tahu, cepat atau lambat saya harus siap mental.

Sebagai evaluasi, terkait daftar di atas, saya setidaknya bisa lega dengan nomor satu meski tidak dengan cum laude, karena saya terlalu ngebet cepat lulus dan kayaknya saya juga tidak begitu layak menyandangnya.

Lalu, ini yang bikin saya selalu deg-degan. Nomor dua. Patut dipertanyakan dan direnungkan lagi. Setelah pendadaran (sidang) pada bulan Juni, saya hampir setiap hari menyisihkan waktu belajar basa Jerman di website Duolingo, karena saya terlalu irit untuk ikut kursus di lembaga khusus. Hingga pada waktu wisuda bulan Agustus, esok dan seterusnya (sekarang) saya sudah lupa, atau tepatnya melupakannya. Karena pada nyatanya setelah itu saya ikut job fair dan kemudian hanya sibuk mencari kerja dan kerja, tanpa memikirkan niat saya sebelumnya. Begitulah singkatnya bagaimana saya dengan gampangnya mengkhianati impian saya yang nomor dua.

Saya enggak tahu apa yang akan saya lakukan kedepannya. Entah saya kerja, kuliah lagi, atau bahkan wirausaha, saya ga pernah setidak yakin ini seumur hidup saya. Tapi mengingat sejauh ini saya hanya sibuk melamar kerja, bisa ditebak apa yang lebih mungkin akan terjadi. Begimanapun, how do you know what you're going to do till you do it?

Nomor tiga melekat dengan nomor dua, dimana saya hanya ingin kerja sampingan kalau saya kuliah lagi. Untuk sekarang, masa paling selow dalam hidup saya yang sekaligus adalah pressure, saya lebih milih menghabiskan waktu membaca buku-buku saya yang masih rapi di rak, yang masih sangat banyak belum saya baca. Saya juga sedang hobi menyampul buku dan punya target akan menyampul semua koleksi buku saya sampai akhir tahun nanti. Kalau bisa dibaca juga semuanya, ya. Hehehe. Fyi, sebelum sidang sampai wisuda kemaren, saya juga sempat magang di LBH Jogja.

Sisanya, nomor empat sampai tujuh akan selalu saya simpan dalam hati, tidak akan saya lupakan. Kalau boleh jujur untuk ini ingin saya katakan, saya tidak pernah seyakin ini dalam hidup saya. Begimanapun sekali lagi, how do you know what you're going to do till you do it? 

Semoga realita kehidupan nantinya tidak menentang impian.

Hei kau Das Sein & Das Sollen, yang akur!

2 komentar: