Akhir-akhir ini saya sering baca website seseorang. Membaca websitenya seperti mengunyah permen karet yang membuat saya terus ketagihan dikarenakan tulisannya yang selalu menarik untuk saya baca. Bahasanya apa adanya dan lugas. Emang, sangat banyak yang saya baca dari guestbooknya mengatakan bahwa dia adalah seorang komunis pengecut yang hanya bisa omong doang. Tapi saya rasa dia jujur dengan setiap jurnal-jurnal yang ia buat. Kadang saya tersenyum sendiri dengan tulisannya, kadang saya terinspirasi, kadang saya bingung sendiri, kadang saya tidak setuju, kadang saya yakin, kadang saya blahblah.
Saya selalu menikmati saat-saat membaca tulisannya yang mengkritik, menghujat, dan yang lainnya. Mungkin, seandainya saja itu adalah sebuah buku (seperti buku Raditya Dika yang berdasarkan blognya), maka itu adalah salah satu buku yang paliiiiing saya suka. Dan sepertinya saya punya ketertarikan tersendiri dengan tulisannya. Entah kenapa (ntah karna apa), setiap saat saya baca jurnalnya, saya seperti berkomunikasi dengan dia. Gila emang.
Ada disatu jurnalnya yang sangat saya suka, isinya gini (copas):
...
Di salah satu milis yang saya ikutin, kita ngobrol-ngobrol tentang sastra dan musik. Sastra dan musik yang bagus belakangan ini bukan lagi sastra dan musik yang 'bagus', tapi sastra dan musik yang bisa dijual. Seamuradul apapun sastra dan musik, asal itu bisa dijual, berarti itu bagus.
Padahal apa emang yang namanya sastra dan musik harus bisa dijual dan mahal baru bisa jadi 'bagus'? Pada kenyataannya sastra dan musik itu gratis, milik semua orang, dan nggak ada yang bisa beli. Sastra sejati adalah puisi putus cinta seorang penjaga wc umum bau tinja yang ditulis di tembok wc. Sastra sejati adalah coret-coret smrawut gadis yang baru pertama dateng bulan di diary pertama seumur idupnya. Sastra sejati adalah keluhan kemiskinan mbok-mbok penjaga warung nasi penuh lalat dan nyamuk.
Padahal apa emang yang namanya sastra dan musik harus bisa dijual dan mahal baru bisa jadi 'bagus'? Pada kenyataannya sastra dan musik itu gratis, milik semua orang, dan nggak ada yang bisa beli. Sastra sejati adalah puisi putus cinta seorang penjaga wc umum bau tinja yang ditulis di tembok wc. Sastra sejati adalah coret-coret smrawut gadis yang baru pertama dateng bulan di diary pertama seumur idupnya. Sastra sejati adalah keluhan kemiskinan mbok-mbok penjaga warung nasi penuh lalat dan nyamuk.
Musik sejati adalah musik dangdut murahan pengalitan yang keluar dari bibir monyong bau dan kasar tukang becak di pinggir jalan yang panas. Musik sejati adalah tangisan yang keluar dari mulut seorang anak kecil yang nangis digaplokin emaknya lantaran ketauan ngintip wc tetangga. Musik sejati adalah teriakan-teriakan kesetanan anak SMU yang lagi kagak ada kerjaan.
Karena musik dan sastra milik semua orang. Karena musik dan sastra adalah gratis untuk semua orang. Karena musik dan sastra pada dasarnya kagak bisa dijual.
…Sungguh, saya amat sangat kagum dengan orang ini.
And btw, sebenernya, ehm, (agak males ngakuinya), gara-gara baca tulisan dia, saya jadi terinspirasi ngeblog (meskipun pengetahuan saya masih sangatt jauuuh dari dia).
***
Oke, mungkin saya berlebihan, tapi itu hanya sekedar kekaguman saya saja. Em, saya ingat gimana saya nemuin website itu, yaitu sewaktu saya ngetype di google ‘juru ketik’. Dan begitu saya baca, saya kira itu kisah dia, tapi ternyata cuma karangannya saja (gatau juga). Lalu saya telusuri semua isi websitenya, dan saya baca sedikit-sedikit, eh akhirnya malah senang aja dengan jurnalnya. Tapi sekarang saya agak sedih, tulisannya gak ada yang baru lagi (terakhir post-annya tanggal 6 desember 2008).
Disitu juga ada link ‘bundel’ untuk ngedownload jurnalnya (dari taun 2001-2005). Saya anjurin sih baca aja (walopun banyak yang nganggap dia hanya 'no action, talk only').
P.S. Kalo ada yang baca blog ini pernah baca tulisannya. I just wanna ask, what do you think about him?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar